Direktur Elsham Papua, Ferry Marisan (facebook.com)Tapol
Jayapura, 11/1 —Ferry Marisan,
Direktur Elsham Papua mengatakan jika kedatangan lima menteri anggota
MSG pada akhirnya berakhir dengan bertemu Dewan Perwakilan Rakyat Papua
(DPRP) dan Gubernur Papua maka tidak usah pakai nama MSG karena salah
satu kedatangan mereka itu karena proposal WPNCL yang diajukan pada saat
pertemuan negara-negara anggota MSG di Noumea pada tahun 2013 lalu.
“Mereka datang itu mau lihat dan ketemu
dengan masyarakat sipil Papua atas permintaan WPNCL untuk masuk menjadi
anggota MSG. Sehingga kedatangan mereka itu harus ketemu dengan rakyat
sipil Papua atau peserta daripada WPNCL, bukan untuk bertemu dengan
gubernur dan DPRP,” kata Marisan.
Ditegaskannya, jika memang bukan mau ketemu rakyat sipil mestinya tidak boleh pakai nama MSG.
“Kalau memang mau datang dan ketemu DPRP dan Gubernur sebaiknya tidak boleh pakai nama MSG tetapi perwakilan dari Negara-negara Pasifik mitra kerja Pemerintah indonesia. Karena pemerintah provinsi Papua bukan anggota WPNCL,” tegas Ferry Marisan saat dihubungi lewat telepon genggamnya pada Sabtu (111/1/2014) di Jayapura, Papua.
“Kalau memang mau datang dan ketemu DPRP dan Gubernur sebaiknya tidak boleh pakai nama MSG tetapi perwakilan dari Negara-negara Pasifik mitra kerja Pemerintah indonesia. Karena pemerintah provinsi Papua bukan anggota WPNCL,” tegas Ferry Marisan saat dihubungi lewat telepon genggamnya pada Sabtu (111/1/2014) di Jayapura, Papua.
“Harusnya mereka datang itu ketemu
dengan rakyat sipil Papua dan para kelompok yang dianggap berseberangan
dengan Negara Indonesia seperti KNPB, GEMPAR, Tapol/Napol dan
Organisasi-organisasi yang dianggap berseberangan dengan Negara
Indonesia agar tujuan kedatangan mereka itu tepat,” Direktur Elsham
Papua ini.
Sementara itu, Nehemia Yarinap, aktifis
kemanusiaan di Papua, mengatakan para menteri negara anggota MSG yang
datang ke Papua itu karena diundang oleh pemerintah Indonesia untuk
melihat lebih dekat pembangunan di Papua sejak Papua berintegrasi dengan
Indonesia.
“Para menteri dari Negara angora MSG yang datang itu diundang oleh Indonesia dengan alasan bahwa isu-isu yang dimasukan oleh para diplomat Papua diantaranya adalah kegagalan pembangunan, pendidikan yang tak layak dan kekerasan Negara terhadap orang Papua,” kata Nemehia.
“Para menteri dari Negara angora MSG yang datang itu diundang oleh Indonesia dengan alasan bahwa isu-isu yang dimasukan oleh para diplomat Papua diantaranya adalah kegagalan pembangunan, pendidikan yang tak layak dan kekerasan Negara terhadap orang Papua,” kata Nemehia.
Dikatakannya, hal ini boleh saja tetapi
yang dikwatirkan adalah kebenaran iformasi yang akan mereka dapat. “Kami
khawatir jangan sampai pemerintah sampaikan kepada para menteri negara
anggota MSG tidak realistis. Atau yang baik-baik saja. Misalnya dengan
memaparkan Otsus, Otsus Plus, UP4B dan pembangunan.” lanjut Nehemia.
Dengan demikian penting juga agar para
menteri negara-negara anggota MSG ini bertemu langsung dengan rakyat
sipil Papua dan kelompok-kelompok yang berjuang untuk Papua merdeka,”
tutup Yarinap. (Jubi/Arnold Belau)
0 komentar:
Posting Komentar