Kamis, 03 April 2014

Kisah Pahlawan Bangsa indonesia basa kafir




OPERASI TRIKORA
Pembebasan Irian Barat

 Menggalang Segala Kekuatan Nasional 
Untuk Membebaskan Irian Barat dari penjajah
 Angkatan Darat (AD)
Angkatan Udara  (AURI)
Angkatan Laut (AL)
OPERASI TRIKORA

Operasi ini diadakan guna merebut kembali Papua Barat dari tangan Belanda pada tahun 1961, Indonesia melalui Komando Tertinggi (Koti) membentuk Operasi Mandala (TRIKORA). Tugasnya yaitu merebut kembali Irian Barat dari tangan Belanda. Kemudian, Armada RI menyiapkan pasukan berani mati, dengan tugas pokok menghancurkan pangkalan Angkatan Laut Belanda di Biak, dan menenggelamkan Kapal Induk Karl Doorman.

Seluruh mesin-mesin perang RI yang pada waktu itu tergolong canggih telah disiapkan guna menggempur seluruh armada laut dan pasukan Belanda. Dan disini adalah beberapa dari sekian banyak personil yang juga disiapkan pemerintah RI untuk mendukung penghancuran armada belanda di lautan. Dari AURI menyiapkan Pesawat Pembom Tupolev-16 (Tu-16) untuk melakukan manuver pemboman dari udara, ALRI menyiapkan 17 personilnya KOPASKA, sedangkan ADRI menyiapkan 22 personil RPKAD ditambah dari Kodam Jaya sebanyak 3 orang. Latihan ini diadakan di pulau adem dan seribu secara tertutup identitasnya hingga pada puncaknya yaitu Juni 1962. Tidak lama kemudian latihannya dipindah di Pangkalan Armada RI Ujung Surabaya, latihannya meliputi keluar masuk kapal selam, problem decompressi chamber serta naik turun jaring kapal.

Pada pertengahan Agustus 1962, dengan persiapan penuh seluruh personil pilihan tersebut diberangkatkan ke daerah tugas MANDALA TRIKORA dengan menggunakan KRI Sam Ratulangi. Mengetahui hal tersebut hingga pada akhirnya Belanda mengadakan perjanjian damai dengan pemerintahan RI kemudian mengembalikan Irian Barat ke pangkuan Indonesia.

Personil yang tergabung dalam pasukan berani mati tersebut akhirnya kembali dilebur dan dikembalikan kedalam satuannya masing-masing.

OPERASI DWIKORA

Seusai Operasi Mandala Trikora kemudian pada tahun 1963, ALRI mendapat perintah dari Komando Tertinggi (Koti) untuk menyiapkan dan melaksanakan Operasi Dwikora. Tugasnya mengganyang Pemerintahan Malaysia yang pada waktu itu dipimpin oleh Tengku Abdurahman. Yang meliputi daratan Malaka, Sarawak, Singapura dan Sabah (yang pada waktu itu masih tergabung dengan Malaysia). Operasi dilakukan pada tanggal 15 Maret 1964, seluruh anggota tim mendapat penjelasan dari Komandan Kopaska bahwa mereka secara administrasi telah dikeluarkan dari Kedinasan Angkatan Laut dengan tujuan bila mereka tertangkap dikemudian hari Angkatan Laut bisa mengelak dari keterlibatanya.

Keseluruh tim sudah berhasil menyusup dan masuk ke wilayah sasarannya masing-masing dan akan melaksanakan peledakan di beberapa tempat. Sasarannya yaitu Perkotaan Singapura, Pelabuhan Port Dickson dan Jaringan pipa air minum di daerah bukit timah yang membentang dari Johor menuju Naval Air Force SEATO di Changi.
Namun atas berbagai pertimbangan Pemerintah RI, akhirnya operasi tersebut dibatalkan dan masing-masing tim yang sudah berada di wilayah penugasan ditarik mundur kejakarta.


Bandung Lautan Api (Bandung)


Ultimatum Tentara Sekutu kepada Tentara Rakyat Indonesia untuk meninggalkan kota Bandung memicu salah satu gerakan paling spektakuler dalam sejarah perang Indonesia ini. Sadar bahwa kekuatan senjata tidak akan berimbang dan kekalahan sudah pasti di depan mata, TRI tidak rela jika Sekutu memanfaatkan Bandung sebagai pusat militer untuk menginvasi wilayah yang lain. Berdasarkan hasil musyawarah, sebuah tindakan bumi hangus dipilih untuk memastikan hal ini tidak terjadi. 200.000 penduduk Bandung membakar rumah mereka selama kurun waktu 7 jam dan bersama bergerak mengungsi ke wilayah selatan.


Pertempuran Surabaya 10 November 1945 (Surabaya)



Gencatan senjata antara tentara Indonesia dan pihak Sekutu justru berbuntut ke insiden Jembatan Merah. BrigJen Mallaby yang kala itu berpapasan dengan milisi Indonesia terlibat baku tembak karena kesalahpahaman semata. Kematian Mallaby memicu kemarahan tentara Sekutu. MayJen Robert Mansergh yang menggantikan Mallaby lantas mengeluarkan ultimatum 10 November 1945 yang meminta pihak Indonesia untuk menyerahkan semua persenjataan dan mengibarkan bendera putih. Tidak diindahkan, salah satu perang paling destruktif di Indonesiapun tak terelakkan. Inggris mengerahkan 30.000 infanteri, sejumlah pesawat terbang, tank, dan kapal perang untuk mengepung Surabaya. Arek-arek Surabaya tak mengenal kata menyerah. Dengan perlengkapan seadanya, mereka memutuskan untuk memberi perlawanan. 6.000 rakyat Indonesia tewas dan 200.000 lainnya harus mengungsi. Peristiwa Surabaya lantas menjadi pemicu upaya pertahanan kemerdekaan di wilayah lain

0 komentar:

Posting Komentar

KOLEKSI FOTO

|